JAKARTA – Kehadiran RDF Plant Rorotan mulai menunjukkan hasil nyata bagi Jakarta. Kota ini resmi memasuki babak baru pengelolaan sampah, di mana sampah perkotaan tidak lagi semata menjadi beban, melainkan diolah menjadi bahan bakar alternatif yang bernilai guna bagi industri.
Produk Refuse Derived Fuel (RDF) yang dihasilkan RDF Plant Rorotan—pabrik pengolahan sampah terbesar di Indonesia—kini siap dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif untuk industri semen.
“Ini adalah momen penting bagi Jakarta. RDF Plant Rorotan membuktikan bahwa sampah kota dapat diolah menjadi sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) yang bernilai dan bermanfaat,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto.
Pernyataan tersebut disampaikan Asep saat menyaksikan penandatanganan Perjanjian Jual Beli (PJB) produk RDF antara Unit Pengelola Sampah Terpadu (UPST) DLH DKI Jakarta dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Penandatanganan ini berlangsung bersamaan dengan peluncuran armada baru truk compactor tertutup pengangkut sampah ke RDF Plant Rorotan, Selasa (16/12), di Jakarta Utara.
Kerja sama ini menandai dimulainya pemanfaatan RDF hasil pengolahan sampah dalam kota Jakarta oleh sektor industri secara berkelanjutan.
Melalui perjanjian tersebut, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk akan membeli produk RDF dari Rorotan dengan skema harga berbasis kualitas, berkisar antara USD 24 hingga USD 44 per ton. Perjanjian berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan kedua belah pihak. “Adanya offtaker memberikan kepastian bahwa RDF yang kami produksi akan terserap industri secara berkelanjutan,” jelas Asep.
Ia menegaskan, kerja sama ini menjadi bukti bahwa RDF bukan sekadar konsep, melainkan telah masuk ke dalam rantai pasok Energi Baru Terbarukan. “Ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah modern dapat berjalan seiring dengan kebutuhan industri dan prinsip keberlanjutan,” tambahnya.
Asep juga menjelaskan bahwa RDF Plant Rorotan telah melalui serangkaian tahapan uji coba dan penyempurnaan yang dilakukan secara bertahap dan hati-hati. Proses tersebut didampingi oleh tenaga ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk memastikan seluruh aspek teknis, lingkungan, dan keselamatan memenuhi standar yang ditetapkan.
“Kami tidak terburu-buru. Setiap tahapan diuji, dievaluasi, dan diperbaiki agar operasional benar-benar siap,” ujarnya.
Direktur Indocement, Oey Marcos, mengaku takjub sekaligus terkejut melihat kesiapan Jakarta, mulai dari bangunan, teknologi, hingga armada pengangkut sampah yang disiapkan. Menurutnya, hal tersebut mencerminkan keseriusan yang benar-benar nyata dan tidak setengah-setengah.
“Ini merupakan komitmen bersama yang sangat serius. Kami memahami bahwa RDF adalah salah satu solusi paling efisien dalam pengelolaan sampah, baik di tingkat nasional maupun di Jakarta,” ujarnya.
Ia menambahkan, penandatanganan perjanjian jual beli produk RDF menjadi tonggak penting sekaligus catatan sejarah bagi semua pihak yang terlibat.
Marcos juga menegaskan kesiapan Indocement sebagai offtaker dengan kapasitas penerimaan hingga 1.700 ton RDF per hari. “Program ini harus berhasil. Kami ingin membuktikan bahwa inisiatif ini membawa kebaikan dan dapat menjadi contoh bagi daerah lain,” tegasnya.
Didukung Sistem Pengangkutan Sampah Modern
Operasional RDF Plant Rorotan ditopang oleh sistem pengangkutan sampah modern. Pada tahap awal, pengangkutan sampah ke fasilitas ini dilayani oleh 97 unit truk compactor hasil pengadaan Tahun Anggaran 2024 yang seluruhnya dalam kondisi prima.
Untuk mengoptimalkan layanan, DLH DKI Jakarta menambah 51 unit truk compactor baru, termasuk 10 unit berbasis listrik. Armada hasil pengadaan Tahun Anggaran 2025 ini disiapkan khusus untuk mendukung operasional RDF Plant secara optimal, sehingga total truk compactor yang beroperasi berjumlah 148 unit.
Sampah yang diolah di RDF Plant Rorotan berasal dari 16 kecamatan di sekitar lokasi fasilitas. Penetapan wilayah layanan ini bertujuan memperpendek jarak angkut, meningkatkan efisiensi waktu dan biaya operasional, serta menjaga kontinuitas suplai sampah. “Kami mengatur zonasi pengangkutan agar suplai stabil dan operasional RDF Plant berjalan optimal,” kata Asep.
Seluruh kendaraan menggunakan sistem bak tertutup untuk meminimalkan bau dan mencegah sampah tercecer di sepanjang jalur pengangkutan. Selain itu, sistem pemadatan memungkinkan kapasitas angkut lebih besar sehingga jumlah ritasi dapat ditekan dan proses pengangkutan menjadi lebih efisien.
Setiap truk compactor juga dilengkapi tampungan air lindi guna mencegah kebocoran cairan sampah yang berpotensi mencemari jalan dan lingkungan sekitar. “Aspek kebersihan dan kenyamanan warga sepanjang rute pengangkutan menjadi perhatian utama kami,” tegas Asep.
Selain itu, Pengendalian bau di RDF Plant Rorotan tidak hanya mengandalkan truk compactor tertutup, tetapi juga didukung pengelolaan operasional yang ketat di dalam fasilitas. Sampah yang masuk diupayakan segera diproses tanpa disimpan terlalu lama. Kapasitas pengolahan dirancang sebanding dengan suplai sampah harian agar tidak terjadi penumpukan dan mengelolah sampah saat masih segar untuk meminimalkan timbulnya bau. Seluruh perangkat pengendali bau dipastikan berfungsi optimal sejak tahap pengangkutan hingga proses pengolahan.
Menurutnya, keberhasilan produksi RDF di dalam kota Jakarta merupakan langkah awal yang harus dijaga dan terus dikembangkan. “Jika ini berjalan konsisten, RDF Plant Rorotan dapat menjadi model pengelolaan sampah perkotaan dan solusi jangka panjang dalam menghadapi darurat sampah. Jakarta tidak punya banyak pilihan selain terus berinovasi. RDF Plant ini adalah salah satu jawabannya,” pungkasnya.