Beranda

Menu

Pilih menu navigasi

Berita
Preview Preview Preview Preview

DLH Dorong Usaha Kuliner Terapkan Teknologi Tepat Guna untuk Kurangi Dampak Lingkungan

Selasa, 09 September 2025 | 59 views

JAKARTA – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkuat pembinaan bagi pelaku usaha kuliner skala kecil dengan mendorong penerapan teknologi tepat guna. Fokus utamanya adalah mengatasi tiga persoalan lingkungan utama: polusi udara, sampah makanan, dan limbah cair. Program ini merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam membangun ekosistem usaha kuliner yang berkelanjutan melalui pendekatan Eco Act (Education, Collaboration, Action).

 

Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menekankan bahwa meskipun skalanya kecil, usaha kuliner skala kecil memiliki dampak nyata terhadap kualitas udara, timbulan sampah, dan pencemaran sungai.

 

“Kami ingin setiap pelaku usaha kuliner di Jakarta tidak hanya fokus pada keuntungan ekonomi, tetapi juga memiliki kesadaran penuh terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dengan memanfaatkan teknologi yang sederhana dan terjangkau, usaha dapat terus berjalan sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan,” ujarnya.

 

Perekayasa Ahli Madya BRIN, Wiharja, memperkenalkan sejumlah solusi teknologi untuk mengendalikan polusi udara. Ia menyarankan setiap pemilik usaha untuk menggunakan exhaust hood atau cerobong asap yang memenuhi standar, dilengkapi dengan wet scrubber atau filter bag untuk menyaring partikel halus berbahaya sebelum dibuang ke udara.

 

Sementara untuk pengelolaan limbah cair, Peneliti Ahli Muda BRIN, Ahmad Shoiful, menganjurkan para pelaku usaha untuk secara disiplin memisahkan minyak jelantah setelah proses memasak selesai. Selain itu, pemasangan grease trap di setiap outlet kuliner dinilai sangat efektif.

 

“Alat ini berfungsi memisahkan dan menyaring lemak, minyak, serta sisa makanan dari air limbah. Dengan demikian, bahan-bahan tersebut tidak masuk ke sistem saluran pembuangan, yang dapat mencegah penyumbatan pipa dan menjaga kebersihan saluran air. Langkah sederhana ini signifikan dalam mengurangi pencemaran lingkungan,” jelas Ahmad.

 

Dalam hal pengelolaan sampah, Perekayasa Ahli Madya BRIN, Prasetyadi, menyampaikan bahwa teknologi pengolahan biogas dari sampah makanan dapat diadopsi untuk mengubah limbah organik menjadi energi (biogas) dan pupuk organik (biofertilizer) melalui proses pencernaan anaerobik dalam biodigester.

 

Namun, Prasetyadi juga menawarkan alternatif yang lebih mudah dan murah untuk diimplementasikan, seperti memilah sampah organik dan anorganik secara konsisten. Sampah sisa makanan dapat dimanfaatkan sebagai pakan maggot, sedangkan campuran sisa sayuran dan daun kering dapat diolah menjadi pupuk kompos.

 

Ketiga peneliti BRIN sepakat bahwa penerapan teknologi-teknologi tersebut tidak hanya bertujuan untuk mengurangi pencemaran, tetapi juga membuka peluang penerapan ekonomi sirkular. Mulai dari pemanfaatan energi alternatif hingga penciptaan produk-produk bernilai tambah, yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat ekonomi bagi pelaku usaha itu sendiri.